Kisah Utbah Al-Ghulam R.A
Utbah Al-Ghulam R.A adalah salah satu dari sekian banyak Wali-walinya Allah atau kekasihnya Allah,beliau dulunya adalah seorang yang fasiq (sering berbuat dosa) diantara dosa-dosa yang beliau sering lakukan adalah minum-minuman keras ( khomer ) dan selalu membikin keonaran atau kerusuhan dimana-mana hingga beliau sangat terkenal akan kefasikan dan keburukannya ditengah-tengah masyarakat.
Dikisahkan suatu hari, Utbah Al-ghulam tertarik untuk mengikuti sebuah majelis yang dipimpin oleh Syekh Hasan Al-Bishri R.A.
Kala itu, Syekh Hasan Al-Bishri membacakan satu ayat Al-Qur'an:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
" Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah..." (QS Al-Hadid [57]: 16)
Kisah Utbah Al-Ghulam R.A Mantan Pendosa Menjadi Wali Allah
Syekh Hasan Al-Bishri menjelasakan tafsir ayat itu dengan penjelasan yang indah dan menyentuh hati hingga membuat orang-orang yang mendengarnya menangis. Lalu, berdirilah di antara mereka Utbah Al-Ghulam yang kala itu masih muda. "Wahai Taqiyal Mukminin, akankah Allah menerima taubat pendosa seperti diriku?" tanya Utbah Al-Ghulam kepada Syekh Hasan Al-Bishri. "Ya, Allah akan menerima taubatmu meski kefasikan dan keburukanmu sama dengan Utbah Al-Ghulam ".
Mendengar jawaban Syehk Hasan Al-Bishri, Utbah Al-Ghulam langsung terkejut dan memucat wajahnya karena merasa malu nama beserta keburukan dan dosa-dosanya diketahui oleh Syehk Hasan Al-Bishri, kemudian Utbah Al-ghulam spontan berteriak keras untuk melampiaskan rasa marahnya pada dirinya sendiri yang telah banyak berbuat salah dan dosa,dari kerasnya teriakan itu hingga membuatnya terjatuh pingsan.
Ketika ia sadarkan diri, Syekh Hasan Al-Bishri mendekat padanya seraya melantunkan sebuah syair :
أيا شاب لرب العرش عاصي # أتدري ما جزاء ذوي المعاصي
سعير للعصاة لها زفير # فويل يوم يؤخذ بالنواصي
فإن تصبر على النيران فاعصه # وإلا كن عن العصيان قاصي
وفيما قد كسبت من الخطايا # أ/رهنت النفس فاجتهد في الخلاص
"Wahai pemuda maksiat, demi Tuhan yang memiliki Arasy # apakah kamu tahu balasannya orang yang berbuat maksiat?"
"'Adalah neraka Sa'ir bagi mereka, ia memiliki suara kobaran api yang menggelegar, maka celakalah dia disaat ubun-ubunnya terpanggang/tercabut."
*Apabila engkau bisa menahan panasnya neraka-neraka itu, silakan berbuat maksiat # dan apabila tidak kamu tidak kuat, jaauhilah kemaksiatan."
"Semua kesalahan yang pernah engkau kerjakan # itu artinya engkau sudah menghinakan dirimu sendiri/engkau sudah menggadaikan dirimu ( kepada api neraka ) maka bersungguh-sungguhlah untuk melepaskan diri".
Seketika itu Utbah Al-Ghulam berteriak makin lantang, ia pun langsung jatuh pingsan untuk kedua kalinya. Ketika sadar, ia kembali bertanya kepada Syekh Hasan Al Bishri: "Wahai Syekh, apakah benar Tuhan Yang Maha Penyayang menerima taubatnya orang hina sepertiku ini?". "Tiada Dzat yang menerima taubat orang yang menyimpang kecuali Tuhan Yang Maha Memaafkan,” jawab Syekh Hasan Al-Bishri. Mendengar jawaban bijak Syekh Hasan Al-Bishri, Utbah Al-Ghulam pun kemudian mengangkat kepalanya dan berdoa meminta tiga permintaan: Pertama :
إلهي إن قبلت توبتي وغفرت حوبتي فأكرمني بالفهم والحفظ حتى أحفظ كل ما سمعت من العلم والقرأن
Tuhanku, jika Engkau menerima taubatku dan mengampuni dosa-dosaku, maka muliakan aku dengan mudah paham mengenai ilmu dan Al-Qur'an.
Kedua :
إلهي أكرمني بحسن الصوت والنغمة حتى أن من سمع قرائتي يزداد رقة في قلبه وإن كان قاسى القلب
Tuhanku, muliakan aku dengan suara yang bagus dan merdu, sehingga membuat orang yang mendengar bacaanku bertambah lunak hatinya sekalipun ia memiliki hati sekeras batu.
Ketiga :
إلهي أكرمني بالرزق الحلال وارزقني من حيث لا احتسب
Tuhanku, berikan rizki yang halal padaku sekiranya aku tak mampu lagi menghitung ( dari banyaknya rizki yang engkau berikan ).
Allah Ta'ala pun mengabulkan doanya, sehingga ia mudah paham dan hafal. Setiap orang langsung taubat jika mendengar bacaan Al-Qur'an nya. Dan bahkan, setiap harinya ada semangkuk kuah kaldu dan dua potong roti, tanpa diketahui siapa yang menaruh di depan rumahnya dari derasnya aliran rizki yang Allah berikan padanya.
Sumber: As-sab'iyat fi Mawaidil Bariyat halaman 26-27
Komentar
Posting Komentar