Langsung ke konten utama

Tradisi Kupatan yang Penuh Makna Tersembuyi


 Tradisi Kupatan yang Penuh Makna Tersembuyi

Beberapa hari yang lalu bulan yang suci telah meninggalkan kita. Perasaan sedih dan penuh duka cita telah menyelimuti para hamba Allah SWT yang beriman. Karena cintanya para hamba yang beriman kepada Rab-Nya. Di samping itu dengan suasana gembira dan penuh bahagia meneduhi hati orang-orang yang telah behasil melaksanakan ibadah dengan penuh dalam bulan tersebut.

Karena tempaan ibadah tersebut telah membuat jiwa menjadi suci dan bersih dari segala dosa yang telah di lakukan. Dengan berakhirnya bulan yang suci itu hari Idul Fitri menghampiri kita dengan suasanya kekeluargaan yang erat dan penuh kegembiraan.

Di seluruh Nusantara memiliki bermacam-macam cara dalam menyemarakkan hari raya Idul Fitri. Di pulau Jawa terdapat tradisi Kupatan yang merupakan hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya.  Tradisi ini bisanya di laksanakan seminggu setelah Idul Fitri. Biasanya masyarakat desa berkumpul di suatu tempat seperti masjid atau musholla untuk melakukan selamatan. Di mana seluruh warganya membawa hidangan yang di dominasi dengan ketupat.

Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan selongsong dari anyaman daun kelapa yang masih muda (janur). Masyarakat desa biasanya membuat sendiri anyaman tersebut lalu diisi dengan beras  yang telah direndam air. Selanjutnya kupat tersebut direbus berjam-jam sampai matang. Makanan ini biasanya di sajikan bersama sayur pelengkap, seperti opor ayam dan lainnya.

Ketupat sudah menjadi maskot makanan khas lebaran. Namun dalam tradisi Jawa makanan ini bukan hanya sajian pada hari kemenangan, tetapi makna filosofis yang mendalam dalam tradisi Jawa.

Seorang budayawan yang bernama Zastrouw Al-Ngatawi menegaskan bahwa tradisi ini merupakan bentuk dari sublimasi dari ajaran islam dalam tradisi masyarakat Nusantara. Dimana ini merupakan cara walisongo untuk mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan saling menjalin silaturrahim.

Oleh para Walisongo, tradisi membuat kupat itu dijadikan media untuk meyebarkan syiar agama. Dalam tradisi tersebut diadakan upacara yang perlengkapannya menggunakan ketan, kolak, apem yang diberi wadah pisang yang dibentuk sedemikian rupa yang disebut takir. Setiap bagian dari upacara tersebut memiliki makna filosofis yang merupakan dasar dari ajaran agama.

Ketan sendiri merupakan perlambang yang diambil dari kata khatam (selesai) melakukan ibadah, takir dari kata dzikir, dan apem dari kata afwan yang berarti ampunan dari dosa. Untuk nama kupat sendiri merupakan singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) yang menjadi symbol untuk saling memaafkan.

Ketupat atau kupat sendiri di memiliki banyak makna sebagaimana yang telah diketahui oleh masyarakat Jawa. Kupat di artikan sebagai “laku papat” yang menjadi simbol dari empat segi dari ketupat. Laku papat yaitu empat tindakan yang terdiri dari lebaran, luberan, leburan, laburan. Maksud dari empat tindakan tersebut antara lain:

 Pertama, Lebaran yaitu suatu tindakan yang berarti telah selesai yang diambil dari kata lebar. Selesai dalam menjalani ibadah puasa dan diperbolehkan untuk menikmati makanan.

Kedua, Luberan berarti meluber, melimpah yang menyimbolkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas bagaikan air yang berlimpah meluber dari wadahnya. Oleh karena itu tradisi membagikan sedekah di hari raya Idul Fitri menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia.

Ketiga, Leburan berarti lebur atau habis. Maksudnya adalah agar saling memaafkan dosa-dosa yang telah dilakukan. sehingga segala kesalahan yang telah dilakukan menjadi suci bagai anak yang baru lahir.

Keempat, Laburan berarti bersih putih berasal dari kata labur atau kapur. Harapan setelah melakukan Leburan agar selalu menjaga kebersihan hati yang suci. Manusia dituntut agar selalu menjaga prilaku dan jangan mengotori hati yang telah suci.

Itulah cara yang dilakukan oleh para walisongo dalam mendakwahkan ajaran islam yang ramah tanpa marah apalagi mengatakan bid’ah. Sehingga masyarakat Nusantara tidak merasa terusik dengan adanya agama Islam. Sehingga mau menerima ajaran Islam yang saat ini menjadi agama mayoritas di bumi Nusantara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati-Hati Dalam Mengambil Rujukan Beraqidah, Akibatnya Fatal

RUJUKAN DALAM AQIDAH Dalam Aqidah, Ahlussunnah wal Jama’ah mengambil daripada rumusan Imam Abul Hasan Ali Al Asy’ari maupun Imam Abu Manshur Al Maturidi. Terkhusus Imam Asy’ari, Nahdlatul Ulama telah membuktikan keistiqomahannya dalam menjadikan Beliau sebagai panutan. Hal ini juga diikuti dengan ulama’ Ahlussunnah wal Jama’ah seantero jagad dari berbagai fan ilmu. As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani mengatakan : إنهم طوائف المحدثين والفقهاء والمفسرين من الأئمة الأعلام  “Sesungguhnya golongan Asy’ariyyah merupakan kelompoknya para ahli hadits, ahli fiqih, ahli tafsir yang merupakan para Imam yang senior.” (Mafahim Yajib An Tushohhah hal. 111) Hati-Hati Dalam Mengambil Rujukan Beraqidah, Akibatnya Fatal وتابعوه جمهور العلماء من سائر طوائف المحدثين والفقهاء وغيرهم, منهم الإمام النووي (صاحب كتاب شرح صحيح مسلم, ورياض الصالحين), والحافظ إبن حجر العسقلاني الملقب بأمير المؤمنين فى الحديث (مؤلف كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري وكتاب بلوغ المرام), والإمام القرطبي صاحب تفسير القر...

Mengapa bulan Sya’ban disebut bulan bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw ? Apa Manfaat Sholawat Di Bulan Sya’ban?

  Tidak terasa beberapa bulan lagi kita akan  memasuki bulan Sya’ban dimana memang waktu itu tidak terasa, tiba- tiba sudah sya’ban lagi. Pasti itu yang dirasakan oleh sahabat pembaca? Benar bukan? Itulah pentingnya kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Dimana Nabi Muhammad Saw. sangat memperingatkan kita dengan waktu. Waktu itu ibarat pedang jika kita tidak bisa memanfaatkanya dengan baik, maka waktu itu tidak bisa dibeli lagi, tidak bisa kembali lagi. Berbicara mengenai bulan Sya’ban banyak sekali keistimewaan di dalamnya, belum lagi fadlilah beramal di dalamnya. Salah satu keistimewaan bulan ini ialah di sebut sebagai bulannya Nabi Muhammad Saw. dimana dalam sebuah keterangan di sebutkan bahwa: ''Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku dan Ramadhan bulan umatku.” Kembali kepada pembahasan judul di atas mengapa bulan Sya’ban di sebut bulan bersholawat kepada Nabi Muhamma Saw. penulis mengutip penjelasan didalam kitab Madza Fi Sya’ban hal 7 Hai’ah Shofwah a...

Keutamaan Masjid Quba, Masjid Pertama Nabi Muhammad Saw

Masjid Qubah merupakan Masjid yang bersejarah dalam sejarah Islam. Masjid ini juga merupakan masjid yang pertama kali di bangun oleh Rasulullah Saw. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi yang terletak sekitar 5 kilometer di sebelah tenggara kota Madinah.  Ada beberapa keistimewaan tersendiri yang di miliki oleh Masjid ini antara lain:  1. Masjid yang pertama di bangun. 2. Masjid yang di bangun atas dengan dasar takwa. 3. Allah Swt berfirman kepada Nabi Muhammad Saw (At-Taubah, 108) "Engkau (Muhammad) lebih berhak, Untuk berdiri shalat di dalam nya ... 4. Merupakan salah satu dari Masjid yang di bangun oleh para Nabi. 5. Merupakan satu-satunya masjid di dunia yang di bangun oleh Nabi Muhammad saw dan sahabatnya, bahkan pembangunannya di bantu oleh Malaikat Jibril As. karena pada saat itu Nabi Muhammad Saw. belum mengetahui arah Qiblat. 6. Beribadah di Masjid Quba pahalanya berlipat ganda. 7. Berdoa di Masjid Quba mudah untuk menyingkap kesulitan dan kesusahan. 8. Tempat kumpuln...